BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya memperbaiki kualitas pelayanan
kesehatan. Pelayanan berkualitas ini
harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan
swasta, sehingga diharapkan masyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan mulai dari
tingkat puskesmas, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan masyarakat
yang padat modal, padat teknologi dan padat karya yang dalam pekerjaan
sehariharinya melibatkan sumber daya manusia dengan berbagai keahlian.
Jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan sangat bergantung pada
kapasitas dan kualitas tenaga di institusi pelayanan kesehatan (Djojosugito,
2000).
Rumah sakit
telah mengalami perubahan pradigma yang pada awalnya hanya tertuju pada
upaya perawatan kuratif dan rehabilitatif saja, namun perkembangan berikutnya rumah sakit dituntut untuk dapat berperan
aktif pada upaya promotif dan preventif. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan
rumah sakit adalah sumber daya manusia yang dimiliki rumah sakit tersebut.
Sumber daya manusia yang dimiliki sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya
pelayanan yang di berikan pihak rumah sakit (Aditama, 2003).
Pengorganisasian suatu sistem, seperti rumah sakit tidak akan terlepas dari sumber
daya manusia (SDM) yang ada dalam organisasi rumah sakit tersebut. Manajemen
sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan bagian integral dari keseluruhan
manajemen rumah sakit (Soeroso, 2003). Keberhasilan sebuah rumah sakit sangat
ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan motivasi staf dan
karyawannya. Kebutuhan tenaga-tenaga terampil di dalam berbagai bidang dalam
sebuah rumah sakit sudah merupakan tuntutan
dunia global yang tidak bias ditunda. Kehadiran teknologi dan sumber daya lain
hanyalah alat atau bahan pendukung, karena pada akhirnya SDM-lah yang paling
menentukan (Danim, 2004).
Menurut Aditama (2003) Baik buruknya suatu rumah sakit dinilai dari kualitas
pelayanan pasien, yang biasanya dihubungkan dengan kualitas pelayanan
Universitas Sumatera Utaramedis dan atau kualitas pelayanan perawatan. Mutu
pelayanan rumah sakit dapat dipertanggungjawabkan apabila memenuhi kriteria
dari berbagai jenis disiplin pelayanan, seperti yang tercantum dalam surat
keputusan No. 436/ Menkes/ SK /VI /
1993 yaitu : (a) administrasi dan pelayanan; (b) pelayanan medis; (c) pelayanan
gawat darurat; (d) kamar operasi; (e) pelayanan intensif; (f) pelayanan
perinatal resiko tinggi; (g) pelayanan
keperawatan; (h) pelayanan
anastesi ; (i) pelayanan radiologi; (j) pelayanan farmasi; (k) pelayanan
laboratorium; (l) pelayanan rehabilitasi medis; (m) pelayanan gizi; (n) rekam
medik; (o) pengendalian infeksi di rumah sakit; (p) pelayanan sterilisasi
sentral; (q) pelayanan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana;
(r) pemeliharaan sarana; (s) pelayanan lain; (t) perpustakaan (Aditama, 2003).
Sedangkan untuk pelayanan Puskesmas adalah sarana
pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di indonesia. Puskesmas merupakan
unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan
masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem
pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut (Profil kesehatan
indonesia, 2007).
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan
upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang
disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta
kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan,
pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang
diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas,
sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan (Profil kesehatan indonesia, 2009).
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir
seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas
diperkuat dengan puskesmas pembantu
serta puskesmas keliling. Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan akhir
tahun 2009 sebanyak 8.737 unit dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2.704
unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 6.033 unit. Salah satu indikator yang
digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah
rasio puskesmas per 100.000 penduduk. Dalam kurun waktu 2005 hingga 2009, rasio
ini menunjukkan adanya peningkatan. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada
tahun 2005 sebesar 3,50 pada tahun 2009 meningkat menjadi 3,78 (Profil
kesehatan indonesia, 2009).
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat di puskesmas, beberapa
puskesmas non perawatan telah ditingkatkan statusnya menjadi puskesmas perawatan. Dalam kurun waktu
5 tahun terakhir, yaitu tahun 2005-2009 telah terjadi peningkatan jumlah
puskesmas perawatan dari 2.077 unit pada tahun 2005 menjadi 2.704 unit pada
tahun 2009 (Profil kesehatan indonesia, 2009).
Segala bentuk pelayanan kesehatan yang di lakukan
baik di puskesmas maupun rumah sakit akan sangat bergantung pada bagaimana
perkembangan teknologi masa kini. Semakin meningkatnya perkembangan teknologi
maka akan berdampak pada pelayanan kesehatan yang ada. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan di bahas bagaimanan hubungan atau peranan perkembangan system
informasi kesehatan terhadap indicator pelayanan kesehatan baik di puskesmas
maupun di rumas askit.
B. RUMUSAN MASALAH
I.
Pelayanan
Kesehatan
1.
Pengertian
pelayanan kesehatan secara umum.
2.
Apa saja
macam pelayanan kesehatan ?
3.
Syarat
pokok pelayanan kesehatan
4.
Apa sajakah
factor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?
II.
Indikator
Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit
5.
Apa
pengertian dari rumah sakit
6.
Bagaimana
tugas dan fungsi rumah sakit?
7.
Misis dan
visi rumah sakit.
8.
Bagaimana
klasifikasi rumah sakit ?
9.
Apasaja
indicator pelayanan kesehatan di rumah sakit ?
III.
Indikator
Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas
10. Apa pengertian dari puskesmas
11. Apa saja tujuan dari puskesmas
12. Apa saja fungsi puskesmas
13. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh
Puskesmas
14. Apa saja program pokok dari puskesmas ?
15. Apa saja indicator pelayanan kesehatan di
puskesmas
IV.
Peranan
Indikator Pelayanan Kesehatan Terhadap Perkembangan SIK
C. TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui bagaimana pelayanan kesehatan itu
2.
Untuk
mengetahui apasaja indicator pelayanan kesehatan di rumah sakit
3.
Untuk
mengetahui apasaja indicator pelayanan kesehatan di puskesmas.
4.
Untuk
mengetahuai bagaimana peranan indicator pelayanan kesehatan terhadap perkembangan SIK.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PELAYANAN
KESEHATAN
2.1.1
pengertian pelayanan kesehatan
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang
dipandang mempunyai peran yang cukup penting ialah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan (Blum 1974 dikutip oleh Azwar, 1998).
Pelayanan
adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain
atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus besar
bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang
lain (Adunair, 2007).
Pelayanan
kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
(Levey and Loomba (1973), dikutip oleh Azwar, 1998).
2.1.2.
Macam Pelayanan Kesehatan
Meskipun bentuk dan jenis pelayanan kesehatan
beraneka ragam, namun jika disederahanakan secara umum dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu
a.
Pelayanan kedokteran (Medical services)
Ditandai
dengan pengorganisasian yang dapat berdiri sendiri (Solo Practice) atau secara
bersama-sama dalam satu organisasi (Institution). Tujuan utama dari pelayanan
ini untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya
terutama untuk perorangan atau keluarga.
b.
Pelayanan Kesehatan masyarakat ( Public
Health Services).
Ditandai
dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu
organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah, serta sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
2.1.3. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan
pelayanan kesehatan masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai pelayanan
kesehatan yang baik, keduanya harus mempunyai persyaratan pokok, menurut Azwar
(1998), persyaratan pokok tersebut adalah :
a.
Tersedia
(available) dan berkesinambungan (continous)
Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat ada pada saat dibutuhkan.
b.
Dapat
diterima (acceptable) dan wajar ( appropriate)
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan
dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
c.
Mudah
dicapai (accessible)
Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini
terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat
penting
d.
Mudah
dijangkau (affordable)Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama
dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus
diupayakan biaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat.
e.
Bermutu
(quality)
Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain
tata cara penyelenggaraannya sesusi dengan kode etik dan standar yang telah
ditetapkan.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan
Kesehatan
Menurut WHO (1984) dalam Juanita (1998) menyebutkan bahwa
faktor prilaku yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan adalah:
a.
Pemikiran
dan Perasaan (Thoughts and Feeling)
Berupa pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan
dan penilaianpenilaian seseorang terhadap obyek, dalam hal ini obyek kesehatan.
b.
Orang
Penting sebagai Referensi (Personal Referensi)
Seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh seseorang
yang dianggap penting atau berpengaruh besar terhadap dorongan penggunaan
pelayanan kesehatan.
c.
Sumber-Sumber
Daya (Resources)
Mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan
sebagainya. Sumbersumber daya juga berpengaruh terhadap prilaku seseorang atau
kelompok masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan
negatif.
d.
Kebudayaan
(Culture)
Berupa norma-norma yang ada di masyarakat dalam kaitannya
dengan konsep sehat sakit.
2.2. INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
2.2.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan
tempat menyelenggarakan upaya kesehatan.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan (Siregar, 2004).
2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
983/Menkes/SK/XI/ 1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum, tugas rumah sakit adalah mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Untuk
melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu
menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik,
pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan. Rumah sakit
mempunyai empat fungsi dasar yaitu pelayanan penderita, pendidikan, penelitian,
dan kesehatan masyarakat (Siregar, 2004).
Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan untuk masyarakat yaitu
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut
dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap.
Dalam perkembangannya, pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari pembangunan
ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada perubahan fungsi klasik
rumah sakit yang pada awalnya hanya memberi pelayanan yang bersifat penyembuhan
(kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap. Pelayana rumah sakit kemudian
bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya teknologi kedokteran,
peningkatan pendapatan dan pendidikan
masyarakat. Pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini tidak saja bersifat
kuratif (penyembuhan) tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya
dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan rumah
sakit bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga
pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau
yang dirawat sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar inilah,
pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang
komprehensif (Muninjaya, 2004).
2.2.3 Misi dan Visi Rumah Sakit
Penyusunan misi dan visi rumah sakit merupakan
fase penting dalam tindakan strategis rumah sakit. Menetapkan misi dan visi
bukanlah proses yang mudah. Pernyataan misi dan visi merupakan hasil pemikiran
bersama dan disepakati oleh seluruh
anggota rumah sakit. Misi dan visi
bersama ini memberikan fokus dan energi untuk pengembangan organisasi.
Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai
mengapa sebuah rumah sakit didirikan, apa tugasnya, dan untuk siapa rumah sakit
tersebut melakukan kegiatan. Visi rumah sakit adalah gambaran keadaan rumah
sakit di masa mendatang dalam menjalankan misinya. Isi pernyataan visi tidak hanya berupa gagasan-gagasan
kosong. visi merupakan gambaran mengenai keadaan lembaga di masa depan yang
berpijak dari masa sekarang.
Misi dan visi Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Trinantoro, Laksono; 2005).
2.2.4 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah
sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut :
1. Kepemilikan.
2. Jenis pelayanan.
3. Lama tinggal.
4. Afiliasi pendidikan.
5. Status akreditasi.
1.
Klasifikasi
Berdasarkan Kepemilikan
Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas
rumah sakit pemerintah dan rumah sakit sukarela. Rumah sakit pemerintah terdiri
atas rumah sakit vertikal yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan,
rumah sakit pemerintah daerah, rumah sakit militer dan rumah sakit BUMN. Rumah
sakit sukarela adalah rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat. Rumah sakit
sukarela terdiri atas rumah sakit hak milik dan rumah sakit nirlaba. Rumah
sakit hak milik adalah rumah sakit bisnis yang tujuan utamanya adalah mencari
laba (profit). Rumah sakit yang berafiliasi dengan organisasi keagamaan pada
umumnya beroperasi bukan untuk
maksud membuat laba, tetapi adalah nirlaba. Rumah sakit nirlaba, mencari laba
sewajarnya saja, dan laba yang diperoleh rumah sakit ini digunakan sebagai
modal peningkatan sarana fisik, perluasan dan penyempurnaan mutu elayanan untuk
kepentingan penderita.
2.
Klasifikasi
Berdasarkan Jenis Pelayanannya
Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit ini
terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum memberi
pelayanan kepada erbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi
pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit
dalam, bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya.
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang
memberi pelayanan diagnosis dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik Bedah
maupun non bedah, seperti rumah sakit kanker, bersalin, psikiatri, pediatrik, ketergantungan
obat, rumah sakit rehabilitasi dan penyakit kronis.
3.
Klasifikasi
Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit
Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri
atas rumah sakit perawatan jangka pendek dan jangka panjang. Rumah sakit
perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat penderita selama
rata-rata kurang dari 30 hari. Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah
rumah sakit yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.
4.
Klasifikasi
Berdasarkan Afiliasi Pendidikan
Rumah sakit berdasarkan afiliasi pendidikan
terdiri atas dua jenis yaitu rumah sakit pendidikan dan rumah sakit
nonpendidikan. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan
program pelatihan dalam bidang medik, bedah, pediatrik dan bidang spesialis
lain. Rumah sakit yang tidak memiliki
afiliasi dengan universitas disebut rumah sakit non pendidikan.
5.
Klasifikasi
Berdasarkan Status Akreditasi
Rumah
sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah
diakreditasi dan rumah sakit yang belum
diakreditasi. Rumah sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah
diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan
bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan
tertentu.
6.
Klasifikasi
Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah
Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit
Umum kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan Pada unsur
pelayanan, ketenagaan fisik, dan peralatan.
a.
Rumah Sakit
Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik luas dan subpesialistik luas.
b.
Rumah Sakit
Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik
terbatas.
c.
Rumah Sakit
Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik dasar.
d.
Rumah Sakit
Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik dasar (Siregar, 2004).
2.2.4 Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Program akreditasi rumah sakit yang dilaksanakan sejak tahun 1995 diawali
dengan 5 jenis pelayanan, yaitu pelayanan medis, pelayanan keperawatan, rekam
medis, administrasi dan manajemen, dan pelayanan gawat darurat. Pada tahun
1997, program diperluas menjadi 12 pelayanan, yaitu kamar operasi,pelayanan perinata
resiko tinggi, pelayanan radiologi, pelayanan farmasi, pelayanan laboratorium,
pengendalian infeksi, dan kecelakaan keselamatan serta kewaspadaan bencana.
Pada tahun 2000 dikembangkan instrumen 16 bidang pelayanan untuk menilai ke-20
proses pelayanan di rumah sakit. Untuk membantu proses persiapan akreditasi,
dilakukan berbagai pelatihan akreditasi rumah sakit oleh Balai Pelatihan
Kesehatan. Di samping akreditasi, penerapan system manajemen mutu mengikuti ISO
9001:2000 mulai dilakukan juga di puskesmas dan rumah sakit sejak tahun 2003
untuk menjawab tuntutan global.
Indikator pelayanan di rumah sakit adalah sebagai
berikut :
1.
Bed
Occupancy Rate (BOR): angka penggunaan tempat tidur
BOR digunakan untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan
kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka
BOR yang tinggi (lebih dari 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur
yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat
tidur. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit)
__________________________________ × 100%
(jlh tempat tidur
× jlh hari dalam satu periode)
2.
Length
Of Stay (LOS): lamanya dirawat
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged
during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
___________________________
(jlh pasien keluar (hidup + mati))
3.
Bed Turn
Over (BTO): frekuensi penggunaan tempat tidur
BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of
stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi
pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
______________________________
(jumlah tempat tidur)
4.
Turn Over
Interval (TOI): interval penggunaan
tempat tidur
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata
hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari
Perawatan)
_______________________________________________
(jlh pasien keluar (hidup + mati))
5.
Net
Death Rate (NDR): angka kematian netto
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka
kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.
Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam
____________________________________ × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
6.
Gross Death
Rate (GDR): angka kematian bruto
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka
kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya
____________________________________×
100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)
7. Ratio tenaga kesehatan
8. Ratio pendapatan operasional
9. Kesesuaian ratio tempat tidur kelas 3
10. Kesesuaian dengan SPM RS
11. Kejadian infeksi nosokomial
12. Waktu tunggu operasi elektif
13. Proporsi persalinan seksio sesaria
14. Penggunaan obat generic
15. Ketidakhadiran staf (absenteeism)
16. Kesesuaian pengelolahan limbah
17. Kelengkapan organisasi rumah sakit
18. Kecukupan peralatan sesuia kelas
19. Kelengkapan pelayanan rawat jalan
20. Pencanangan kasus tuberklosis
21. Kejadian dekubitus
22. Beban penggunaan kamar operasi
23. Kemampuan pelayanan intensif
24. Kemampuan sebagai RS PONEK
25. Pelaksanaan kalibrasi peralatan
26. Kematian di gawat darurat
2.3. INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
2.3.1 Defenisi puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok
Depkes RI, 1991 dalam Effendy, 1998).
2.3.2 Tujuan Puskesmas
Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang tinggal di wilayah kerja
puskesmas (Hatmoko,2006). Tujuan pembangunan kesehatan yang diselengggarakan
puskemas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional yaitu
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setingg-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010
(Depkes RI. 1999).
Selain itu puskesmas menyelenggarakan pembangunan
kesehatan yang merupakan pusat pelayanan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Hal
ini meliputi pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat pribadi dengan tujuan
untuk menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan publik dengan tujuan
utamanya memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit (Effendi, 1998)
2.3.3. Fungsi Puskesmas
- Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
- Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkankemampuan untuk hidup sehat.
- Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepadamasyarakat di wilayah kerjanya.Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
·
Merangsang
masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalamrangka menolong
dirinya sendiri.
·
Memberikan
petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali danmenggunakan sumberdaya
yang ada secara efektif dan efisien.
·
Memberikan
bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medismaupun rujukan
kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebuttidak menimbulkan
ketergantungan.
·
Memberikan
pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.e. Bekerja sama dengan
sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakanprogram
2.3.4. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas
Visi dan misi Puskesmas di Indonesia
merujuk pada program Indonesia Sehat2010. Hal ini dapat kita lihat pula dalam
SPM (Standar Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar
dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan
wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan 12 dasar kepada masyarakat yang
mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan nilai(benchmark). Pelaksanaan Urusan
Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM)diatur dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas :
UW-SPM yang wajib diselenggarakan olehseluruh kabupaten-kota di seluruh
Indonesia dan UW-SPM spesifik yang hanyadiselenggarakan oleh kabupaten-kota
tertentu sesuai keadaan setempat. UW-SPM wajibmeliputi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizimasyarakat,
penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan promosi
kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatankerja,
pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat
denganPeraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang
PedomanPenyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan Minimal.
2.3.5. Program Pokok Puskesmas
Kegiatan pokok
Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya,karenanya
kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikiankegiatan
pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Kesejahteraan
ibu dan Anak ( KIA )
2. Keluarga
Berencana
3. Usaha
Peningkatan Gizi
4. Kesehatan
Lingkungan
5. Pemberantasan
Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat
Kecelakaan
7. Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat8. Usaha Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah
Raga
10. Perawatan
Kesehatan Masyarakat
11. Usaha
Kesehatan Kerja
12. Usaha
Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Usaha
Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan
Mata
15. Laboratorium
( diupayakan tidak lagi sederhana )
16. Pencatatan
dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan
17. Kesehatan
Usia Lanjut
18. Pembinaan
Pengobatan Tradisional.
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas
diarahkan kepada keluarga sebagai satuanmasyarakat terkecil. Karenanya,
kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingankesehatan keluarga sebagai
bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas
dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan MasyarakatDesa ( PKMD ).
Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu
dapat diminta untuk melaksanakan programkesehatan tertentu oleh Pemerintah
Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam haldemikian, baik petunjuk
pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh PemerintahPusat bersama
Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi,misalnya
karena timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Untuk
mengatasikejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda kegiatan
lain.
2.3.6. indicator pelayanan kesehatan di
puskesmas.
Indicator
pelayanan kesehatan di puskesmas terdiri atas :
1.
Kondisi
bangunan puskesmas
2.
Ketersedian
listrik 24 jam
3.
Alat
kesehatan sesuai standar
4.
Kecukupan
sarana computer
5.
Pelaksanaan
perencanaan
6.
Pelaksanaan
upaya kesehatan pilihan
7.
Pelaksanaan
UKBM
8.
Pertemuan
berkala lintas sector
9.
Persentase
penduduk miskin ditangani
10. Cakupan desa siaga aktif
11. Ketersediaan dan kecukupan air bersih
12. Kecukupan tenaga kesehatan
13. Ketersediaan obatsesuai standar
14. Ketersediaan sarana transportasi
15. Kecukupan dana operasional
16. Pelaksanaan
upaya kesehatan wajib
17. Rujukan medis dan kesmas
18. Pelaksanaan diskusi kasus(audit kasus)
19. Persentase penduduk ditangani
20. Prosentase kemandirian posyandu
2.4. PERANAN INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN
TERHADAP SIK
Rumah Sakit (RS) dan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) menjadi ujung tombak pembangunan dan pelayanan kesehatan
masyarakat, namun tidak semua rumah sakit yang ada di Indonesia memiliki
standar pelayanan dan kualitas yang sama. Semakin banyaknya rumah sakit di
Indonesia serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan
yang berkualitas dan terjangkau, rumah sakit harus berupaya survive di tengah
persaingan yang semakin ketat sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut.
Hal itu menjadi salah satu dasar rumah sakit
untuk memberikan pelayanan prima pada setiap jenis pelayanan yang diberikan
baik untuk pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap maupun pelayanan gawat
darurat.
Pelayanan prima pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada
pasien. Dalam usaha memberikan pelayanan yang prima ini, ditinjau dari
aspek praktis, pelayanan prima memiliki beberapa kriteria yaitu masalah
kesederhanaan pelayanan, kejelasan dan kepastian pelayanan, bagaimana
keamanan dan kenyamanan yang diberikan oleh rumah sakit, dan bagaimana
rumah sakit ini memberikan informasi kepada pasien.
Pelayanan prima pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada
pasien. Dalam usaha memberikan pelayanan yang prima ini, ditinjau dari
aspek praktis, pelayanan prima memiliki beberapa kriteria yaitu masalah
kesederhanaan pelayanan, kejelasan dan kepastian pelayanan, bagaimana
keamanan dan kenyamanan yang diberikan oleh rumah sakit, dan bagaimana
rumah sakit ini memberikan informasi kepada pasien.
Di samping itu karena masih berjalanya proses
dikembangkanya sistem informasi berbasis data yang belum bisa dipastikan untuk
tingkat puskesmas dan rumah sakit, diharapkan sistem informasi berbasis data
tersebut guna memudahkan dalam pencatatan, pelaporan, analisa dan pengawasan
data. Berdasarkan pengamatan, penelitian dan fakta dari data beberapa
puskesmas dan rumah sakit di indonesia masih banyak nya kekurang telitian dalam
pengisian data, penyimpanan data dan pelaporan data sehingga saat data
diolah/dianalisis menjadi suatu informasi yang sangat jauh berbeda dengan
keadaan yang sebenarnya. Selain itu ada beberapa data yang belum bisa menjadi
data pokok setiap puskesmas maupun dinas kesehatan yaitu desa siaga. masih
banyak hal dan berbagai instansi di indonesia terutama daerah perbatasan dan
terpencil keterjangkauan yankes masih sangat minim dan rendah. Oleh karena itu
di perlukan adanya system informasi yang memadai guna mencapai semua indicator
pelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pelayanan
kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
(Levey and Loomba (1973), dikutip oleh Azwar, 1998).
2. Indikator
pelayanan kesehatan di rumah sakit yakni BOR, LOS, BTO, TOI, NDR, GDR, ratio tenaga kesehatan, Ratio pendapatan
operasional, Kesesuaian ratio tempat tidur kelas 3, Kesesuaian dengan SPM RS, Kejadian
infeksi nosokomial, Waktu tunggu operasi elektif, Proporsi persalinan seksio
sesaria, Penggunaan obat generic, Ketidakhadiran staf (absenteeism), Kesesuaian
pengelolahan limbah, Kelengkapan organisasi rumah sakit, Kecukupan peralatan
sesuia kelas, Kelengkapan pelayanan rawat jalan, Pencanangan kasus tuberklosis,
Kejadian dekubitus, Beban penggunaan kamar operasi,Kemampuan pelayanan intensif,
Kemampuan sebagai RS PONEK, Pelaksanaan kalibrasi peralatan, Kematian di gawat
darurat.
3. Indicator pelayanan kesehatan di puskesmas
terdiri atas : Kondisi bangunan puskesmas, Ketersedian listrik 24 jam, Alat
kesehatan sesuai standar, Kecukupan sarana computer ,Pelaksanaan perencanaan, Pelaksanaan
upaya kesehatan pilihan, Pelaksanaan UKBM, Pertemuan berkala lintas sector, Persentase
penduduk miskin ditangani, Cakupan desa siaga aktif, Ketersediaan dan kecukupan
air bersih, Kecukupan tenaga kesehatan, Ketersediaan obatsesuai standar, Ketersediaan
sarana transportasi, Kecukupan dana operasional, Pelaksanaan upaya kesehatan wajib, Rujukan medis dan
kesmas, Pelaksanaan diskusi kasus(audit kasus), Persentase penduduk ditangani, Prosentase
kemandirian posyandu
4. perkembangan
system informasi kesehatan dan pelaksanaan semua indicator ini sangat berperan
guna mencapai pelayanan kesehatan yang lebih memadai di masa yang akan datang.
Penggunaan sisten informasi secara tepat dapat mempercepat pelaksanaan semua
indicator yang telah di buat.
3.2.
SARAN
1. Diperlukan
adanya kerja sama dari semua pihak bukan hanya dari sector pemerintah dalam hal
ini pembuat kebijakan namun dari berbagai sector agar tujuan yang di harapkan
dari adanya indicator ini dapat terwujud.
2. Perlunya
ada kesadaran dari para petugas kesehatan dan masyarakat akan pentingnya
penggunaan system informasi agar dapat memudahkan dalam pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas
Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV Sagung Seto.
Kementerian Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun2009 Tentang Kesehatan.
Anonim. Pembangunan
Kesehatan Berbasis Preventif Dan Promotif. Diakses dari halaman http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/849-pembangunan-kesehatan-berbasis-preventif-dan-promotif.html
http://riana-a-h-fkm10.web.unair.ac.id/artikel_detail-41191-ADMINISTRASI%20RUMAH%20SAKIT%20DAN%20PUSKESMAS-STANDAR%20PELAYANAN%20MINIMAL%20RUMAH%20SAKIT.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar